Hai… hai…
Lama nggak nulis di blog nih, untung blog
kesayangan ku ini nggak karatan, jamuran atau banyak sarang laba-labanya.
Setelah lama nggak nulis absurd, rasanya jadi aneh memulai nulis lagi. Tapi
nggak apa.. aku akan berusaha demi seseorang yang udah request dan katanya pengen baca tulisan ku lagi hehe.
Pada kesempatan kali ini, aku mau cerita soal
pengalaman mudik ku kemarin. Aku mudik loh ke kampung halaman. Ini pertama
kalinya aku mudik mendekati hari H lebaran..
Mudik merupakan tradisi tahunan masyarakat
Indonesia yang meninggalkan kampunng halaman dan punya lingkungan baru entah
itu di kota atau malah di pedalaman. Mudik merupakan momen yang selalu ditunggu
setiap tahun karena baik keseruan perjalannannya maupun berita empuk yang sudah
ditunggu-tunggu para wartawan. Tapi inget, bagi kalian yang mau mudik pastikan
kalian punya kampung halaman ya…
30 Juni 2016, aku memulai perjalanan panjang ku
menuju kampung halaman. Setelah melalui perhitungan panjang sebelum mudik, aku
sudah menyusun jadwal dan rencana yang matang bagaimana aku mudik dan apa
resiko yang harus aku dapatkan saat mudik. Rencana aku mudik nggak terlalu lama
sekitar dua mingguan. Berbeda dengan tahun lalu, aku mudik selama tiga bulan
(buseet dah ini mudik atau apa). Libur lebaran tahun ini bertepatan dengan
libur perkuliahan semester genap. Jadi… lamaaaa banget liburnya kurang lebih tiga
bulan. Lumayan buat menggembungkan badan. Tapi tapi oh tapi… libur kuliah bukan
berarti libur kerja juga. Jadwal mengajar di tempat bimbel masih berjalan
seperti biasa dan celakanya cuti ku tinggal 5 hari doang sedangkan aku mesti
pulang kampung beminggu-minggu duh sedih banget. Baiklah aku harus ambil
keputusan, aku harus pulang lama dan aku ikhlaskan gaji ku dipotong banyak
(ditempat kerja ku libur melebihi cuti libur gaji dipotong sebanyak berapa jam
kalian melewatkan kelas). Omegat jahat banget ya tempat kerja ini. Okelah perjudian
antara uang dan quality time with family sudah aku putuskan aku akan pulang
tanpa memikiran gaji biarlah gaji ku habis di makan waktu anggap saja sedekah.
Akhirnya dengan perasaan senang luar biasa, aku
pulang sore itu. Aku seneng banget bisa pulang setelah lamaaa banget nggak
ketemu emaakk. Saat mendekati lebaran, jarak Bali-Bojonegoro itu nggak sama
kayak jarak Bojonegoro-Bali loh. Aneh kan? Aku pulang H-5 lebaran. Gilaakk udah
nggak kebayang macetnya. Padahal waktu keberangkatan bus udah dimajuin 2 jam
lebih awal dari biasanya. For your information, aku udah pesan tiket mudik di
awal puasa loh. Keren banget kan aku udah kaya orang mau mudik beneran. Hari
itu nggak berjalan dengan mudah, dari pagi aku mesti ke kampus nyelesaiin
beberapa berkas yang mesti udah beres sebelum aku tinggal pulang ke Jawa. Aku pikir
urusan ini bakal cepet selesai 1 sampai 2 jam. Ternyata tidak! Buat minta ttd
pembantu dekan 3 aja aku mesti duduk berjam-jam dari jam 8 sampai jam 2.
Gilaakkk aku sempat frustasi. Bus berangkat jam 3, sedangkan jam 2 aku baru
balik dari kampus. Aku belum packing barang-barang yang mau aku bawa pulang dan
jarak dari kampus ke kontrakan sekitar 20 menit. Haaaaa emaakk tolong anak mu
iniiii….. setelah PD 3 datang aku segera menyelesaikan LPJ dan dengan secepat
kilat aku melesat melewati jalanan Denpasar yang nggak terlalu macet siang itu
karena udah pada ditinggal mudik jadi jalanan udah agak sepi. Setelah sampai
kontrakan aku segera packing. Aku masukkan segala macam benda yang bisa aku
masukkan ke dalam tas. Dan mudik kalian nggak afdol kalo kalian nggak bawa
kardus. Ya, kardus merupakan barang bawaan wajib para pemudik entah itu ada isinya
apa enggak. Jam 3 tepat aku sampe diterminal, siang itu terminal rame banget
penuh. Banyak stasiun TV melakukan live report mudik. Aku maunya dadadada di tv
tapi apasih untung akal sehat ku segera kembali. Aku sudah lega sudah duduk
manis di dalam bus. Bus siap berangkat. Belum aja bus jalan rasanya aku udah
mau muntah mabuk darat. Aku mencoba bertahan. Awalnya bus berjalan dengan
normal setelah mendekati pintu masuk pelabuhan Gilimanuk BAAM!!! Bencana
datang. Terjadi kemacetan kurang lebih selama 8 jam hanya buat mau masuk ke
pelabuhan doang. Alamakkk rasanya aku mau mati beku di dalem bus, mana bis ACnya
rusak ACnya jebol dinginnya naudzubillah ditambah hujan malem-malem diluar.
Kelar sudah hidup ku, aku pikir hidup ku akan berakhir di bulan Juni eh ternyata
aku masih hidup sampai bulan Juli, setelah masuk ke kapal rasanya legaaaaa aku bisa bernapas lagi.
Aku tersadar dari kejadian ini macet 8 jam aja rasanya kaya waktu berhenti lalu
aku dibekukan pas bangun tiba-tiba Bojonegoro udah pindah ke Sulawesi selatan.
Gimana ya yang kena macet di Tol Brexit selama 24 jam ya, pantes aja sampe ada
korban jiwa. Ya sudahlah semoga hal ini nggak terulang lagi di tahun depan.
Perjalanan Denpasar-Bojonegoro yang seharusnya di tempuh 13 jam sekarang
menjadi 22 jam dan pas balik Bojonegoro-Bali cuman 13 jam itulah kenapa aku
bilang jarak Denpasar-Bojonegoro lebih jauh dari jarak Bojonegoro-Denpasar. Bus
berhenti sebentar buat istirahat makan (entah itu makan pagi atau malam udah gak jelas waktunya gara-gara macet tadi) di tempat makan sekitaran Situbondo, aku
nggak ikut makan karena aku bertekad untuk tetap berpuasa pagi itu. Orang-orang
yang makan bilang itu makan sahur, sahur kok jam 6 to pak. Perjalanan dilanjutkan
tinggal bentar lagi sampai. Pas udah sampai dan turun dari bis, aku berasa
lahir kembali. Aku tersadar, Bisa menghirup oksigen merupakan nikmat luar biasa yang Allah SWT berikan kepada kita. Perjalanan mudik ku tinggal selangkah lagi, sebentar lagi aku
ketemu emak bapak. Aku mesti naik bus lagi yang berbeda buat sampai rumah ku yang sesungguhnya.
Akhirnya aku sampai di kampung halaman. Aku banggaa.. aku senaaangg… aku
riaanggg.. dan….. aku makan! Puasa batal tak tahan godaan.
Inilah cerita perjalanan mudik ku libur lebaran
tahun ini. Aku tau nggak ada yang menarik tapi dunia harus tau aku mudik.
SEKIAN