Senin, 25 Juli 2016

Aku dan Cerita Mudik ku





Hai… hai…

Lama nggak nulis di blog nih, untung blog kesayangan ku ini nggak karatan, jamuran atau banyak sarang laba-labanya. Setelah lama nggak nulis absurd, rasanya jadi aneh memulai nulis lagi. Tapi nggak apa.. aku akan berusaha demi seseorang yang udah request dan katanya  pengen baca tulisan ku lagi hehe.

Pada kesempatan kali ini, aku mau cerita soal pengalaman mudik ku kemarin. Aku mudik loh ke kampung halaman. Ini pertama kalinya aku mudik mendekati hari H lebaran..

Mudik merupakan tradisi tahunan masyarakat Indonesia yang meninggalkan kampunng halaman dan punya lingkungan baru entah itu di kota atau malah di pedalaman. Mudik merupakan momen yang selalu ditunggu setiap tahun karena baik keseruan perjalannannya maupun berita empuk yang sudah ditunggu-tunggu para wartawan. Tapi inget, bagi kalian yang mau mudik pastikan kalian punya kampung halaman ya…

30 Juni 2016, aku memulai perjalanan panjang ku menuju kampung halaman. Setelah melalui perhitungan panjang sebelum mudik, aku sudah menyusun jadwal dan rencana yang matang bagaimana aku mudik dan apa resiko yang harus aku dapatkan saat mudik. Rencana aku mudik nggak terlalu lama sekitar dua mingguan. Berbeda dengan tahun lalu, aku mudik selama tiga bulan (buseet dah ini mudik atau apa). Libur lebaran tahun ini bertepatan dengan libur perkuliahan semester genap. Jadi… lamaaaa banget liburnya kurang lebih tiga bulan. Lumayan buat menggembungkan badan. Tapi tapi oh tapi… libur kuliah bukan berarti libur kerja juga. Jadwal mengajar di tempat bimbel masih berjalan seperti biasa dan celakanya cuti ku tinggal 5 hari doang sedangkan aku mesti pulang kampung beminggu-minggu duh sedih banget. Baiklah aku harus ambil keputusan, aku harus pulang lama dan aku ikhlaskan gaji ku dipotong banyak (ditempat kerja ku libur melebihi cuti libur gaji dipotong sebanyak berapa jam kalian melewatkan kelas). Omegat jahat banget ya tempat kerja ini. Okelah perjudian antara uang dan quality time with family sudah aku putuskan aku akan pulang tanpa memikiran gaji biarlah gaji ku habis di makan waktu anggap saja sedekah.

Akhirnya dengan perasaan senang luar biasa, aku pulang sore itu. Aku seneng banget bisa pulang setelah lamaaa banget nggak ketemu emaakk. Saat mendekati lebaran, jarak Bali-Bojonegoro itu nggak sama kayak jarak Bojonegoro-Bali loh. Aneh kan? Aku pulang H-5 lebaran. Gilaakk udah nggak kebayang macetnya. Padahal waktu keberangkatan bus udah dimajuin 2 jam lebih awal dari biasanya. For your information, aku udah pesan tiket mudik di awal puasa loh. Keren banget kan aku udah kaya orang mau mudik beneran. Hari itu nggak berjalan dengan mudah, dari pagi aku mesti ke kampus nyelesaiin beberapa berkas yang mesti udah beres sebelum aku tinggal pulang ke Jawa. Aku pikir urusan ini bakal cepet selesai 1 sampai 2 jam. Ternyata tidak! Buat minta ttd pembantu dekan 3 aja aku mesti duduk berjam-jam dari jam 8 sampai jam 2. Gilaakkk aku sempat frustasi. Bus berangkat jam 3, sedangkan jam 2 aku baru balik dari kampus. Aku belum packing barang-barang yang mau aku bawa pulang dan jarak dari kampus ke kontrakan sekitar 20 menit. Haaaaa emaakk tolong anak mu iniiii….. setelah PD 3 datang aku segera menyelesaikan LPJ dan dengan secepat kilat aku melesat melewati jalanan Denpasar yang nggak terlalu macet siang itu karena udah pada ditinggal mudik jadi jalanan udah agak sepi. Setelah sampai kontrakan aku segera packing. Aku masukkan segala macam benda yang bisa aku masukkan ke dalam tas. Dan mudik kalian nggak afdol kalo kalian nggak bawa kardus. Ya, kardus merupakan barang bawaan wajib para pemudik entah itu ada isinya apa enggak. Jam 3 tepat aku sampe diterminal, siang itu terminal rame banget penuh. Banyak stasiun TV melakukan live report mudik. Aku maunya dadadada di tv tapi apasih untung akal sehat ku segera kembali. Aku sudah lega sudah duduk manis di dalam bus. Bus siap berangkat. Belum aja bus jalan rasanya aku udah mau muntah mabuk darat. Aku mencoba bertahan. Awalnya bus berjalan dengan normal setelah mendekati pintu masuk pelabuhan Gilimanuk BAAM!!! Bencana datang. Terjadi kemacetan kurang lebih selama 8 jam hanya buat mau masuk ke pelabuhan doang. Alamakkk rasanya aku mau mati beku di dalem bus, mana bis ACnya rusak ACnya jebol dinginnya naudzubillah ditambah hujan malem-malem diluar. Kelar sudah hidup ku, aku pikir hidup ku akan berakhir di bulan Juni eh ternyata aku masih hidup sampai bulan Juli, setelah masuk ke kapal rasanya legaaaaa aku bisa bernapas lagi. Aku tersadar dari kejadian ini macet 8 jam aja rasanya kaya waktu berhenti lalu aku dibekukan pas bangun tiba-tiba Bojonegoro udah pindah ke Sulawesi selatan. Gimana ya yang kena macet di Tol Brexit selama 24 jam ya, pantes aja sampe ada korban jiwa. Ya sudahlah semoga hal ini nggak terulang lagi di tahun depan. Perjalanan Denpasar-Bojonegoro yang seharusnya di tempuh 13 jam sekarang menjadi 22 jam dan pas balik Bojonegoro-Bali cuman 13 jam itulah kenapa aku bilang jarak Denpasar-Bojonegoro lebih jauh dari jarak Bojonegoro-Denpasar. Bus berhenti sebentar buat istirahat makan (entah itu makan pagi atau malam udah gak jelas waktunya gara-gara macet tadi) di tempat makan sekitaran Situbondo, aku nggak ikut makan karena aku bertekad untuk tetap berpuasa pagi itu. Orang-orang yang makan bilang itu makan sahur, sahur kok jam 6 to pak. Perjalanan dilanjutkan tinggal bentar lagi sampai. Pas udah sampai dan turun dari bis, aku berasa lahir kembali. Aku tersadar, Bisa menghirup oksigen merupakan nikmat luar biasa yang Allah SWT berikan kepada kita. Perjalanan mudik ku tinggal selangkah lagi, sebentar lagi aku ketemu emak bapak. Aku mesti naik bus lagi yang berbeda buat sampai rumah ku yang sesungguhnya. Akhirnya aku sampai di kampung halaman. Aku banggaa.. aku senaaangg… aku riaanggg.. dan….. aku makan! Puasa batal tak tahan godaan.

Inilah cerita perjalanan mudik ku libur lebaran tahun ini. Aku tau nggak ada yang menarik tapi dunia harus tau aku mudik. SEKIAN